SEJARAH BENTENG MADANG


Benteng Madang
    Kanalaldi - Benteng Madang adalah benteng yang terletak di desa Madang, kecamatan Padang Batung, kabupaten Hulu Sungai Selatan, telah menjadi salah satu bukti saksi bisu pertempuran hebat rakyat Kalimantan Selatan saat melawan Belanda. Jarak dari kota Kandangan ke lokasi Benteng Madang sekitar 8 km.

    Benteng ini menjadi saksi sejarah perlawanan rakyat Banjar dalam menghadapi penjajah di tanah kelahiran mereka sendiri. Tiba di pintu gerbang Benteng Madang Anda disuguhi dengan banyak anak tangga. Untuk mencapai puncaknya, Anda harus menapaki sekitar 400 anak tangga. Uniknya, benteng ini dikelilingi dinding pertahanan dari kayu. Masyarakat sekitar menyebutnya Benteng Kayu Madang dan masih terawat hingga kini.

    Benteng Madang di bangun di atas gunung madang yang merupakan bagian dari Pegunungan Meratus sehingga dapat melihat area di sekitarnya, dengan luas wilayah sekitar 400m2 benteng ini di kelilingi oleh semak belukar yang sangat padat sehingga sekilas Anda tidak akan tahu kalau terdapat benteng di daerah ini. Dikaki gunung ini terdapat banyak aliran sungai dan untuk menyeberangi aliran sungai tersebut dibangun jembatan titian yang dapat bergoyang-goyang sehingga dapat diketahui kalau ada orang yang menyebarangi jembatan tersebut, didasar jembatan oleh pejuang Bumi Antasari dipasang jebakan berupa bamboo runcing dan sebagainya,sehingga apabila jembatan tersebut diputus sudah dapat di pastikan kalau orang yang menyeberang pasti akan luka-luka dan bahkan akan mati tertusuk jebakan sehingga masyarakat sekitar menyebutnya “Jembatan Serongga”.

    Benteng tersebut dulunya dibuat oleh para pejuang yang dikomando Tumenggung Antaludin sebagai basis pertahanan dan pengintaian pasukan Belanda, posisinya yang strategis di puncak bukit sangat menguntungkan para pejuang untuk melakukan berbagai strategi penyerangan terhadap penjajah kala itu.

    Konon berdasarkan cerita sejarah kolonial Belanda kesulitan menyerang benteng Madang karena tak terlihat akibat selalu ditutupi oleh kabut, ditambah dengan berbagai perangkap jebakan yang dibuat pasukan Antaludin, membuat tentara Belanda banyak berjatuhan sebelum mencapai benteng. Namun lantaran ada penghianat salah seorang pejuang yang membocorkan bahwa benteng Madang baru bisa terlihat jika ditembak dengan peluru emas, berkat informasi itu pun Belanda mampu mavatar eluluh lantakkan benteng Madang tersebut.

Baca juga : Mencegah Penyebaran Virus Corona Dengan Cara Social Distancing

    Benteng Madang didirikan pada tahun 1860, maksud didirikannya benteng Madang untuk membikin pertahanan melawan Belanda pada zaman itu, peperangan di benteng Madang tidak pernah dimenangkan oleh Belanda, sebabnya Belanda tidak pernah melihat benteng Madang tersebut karena bentengnya selalu ditutupi dengan asap tebal, setelah itu ada salah satu pejuang yang menghianati dan mengatakan kepada Belanda bahwa kalau mau melihat benteng Madang harus ditembak dengan peluru emas, akhirnya ditembaklah oleh Belanda dengan peluru emas dengan demikian terlihatlah benteng Madang dikarenakan terlihat maka habis-habisan digempur oleh Belanda, akhirnya Temenggung Antaludin kalah dan runtuhlah benteng Madang, jelas Suriani, tokoh masyarakat desa Madang.

    Sayangnya keberadaan situs sejarah yang berjarak 8 kilometer dari kota Kandangan ini, dirusak keasliannya oleh banyaknya vandalisme yang menghiasi hampir setiap di dinding benteng tersebut. Padahal jika dikelola dan diawasi dengan baik situs ini dapat dijadikan studi sejarah baik bagi warga banua mapun mancanegara.

☆ Berikut adalah sejarah urutan perang banjar di desa Madang/Benteng Madang :

1.       Tanggal 28 April 1859 Pangeran Hidayat memerintahkan Pangeran Antasari dan Sultan Kuning untuk menyerang tambang batu bara Orange Nassau milik Belanda yang kemudian diikuti oleh raktat Banjar untuk memerangi penjajahan Belanda.Pangeran Antasari dibantu oleh Demang Lehman meminta bantuan kepada Tumenggung Antaluddin untuk mendirikan benteng pertahanan di desa Madang yang selanjutnya dinamakan Benteng Madang.

2.       Tanggal 3 September 1860 disaat pembangunan benteng belum selesai tejadi serangan mendadak  serdadu Belanda bergerak dari Benteng Amawang Belanda menyelusuri Desa Karang Jawa dan Desa Ambarai langsung menuju Gunung Madang,akan tetapi sebelum sampai di puncak gunung dengan gagah berani pejuang Antasari juga melakukan serangan balik mendadak yang mengakibatkan banyaknya korban di pihak Belanda,dan akhinya Belanda mundur dan kembali ke Benteng Amawang di Kandangan.

3.       Tanggal 5 September 1860 Belanda kembali menyerang kali ini pemimpin mereka Letnan De Bouw dan Sersan De Varies terkena tembakan yang menyebabkan pihak Belanda mengalami kekalahan kembali.

4.       Tanggal 13 September 1860 Belanda kembali menyerang kembali kali ini dipimpin oleh Kapten Koch,ini merupakan pertempuran yang terjadi dalam jarak dekat,namun pangeran Antaludin dan Demang Lehman dengan berani melayani pertempuran yang menyebabkan lagi-lagi Belanda di paksa mundur dan kembali ke Benteng Amawang.

5.       Tanggal 18 September 1860 kali ini Belanda tidak mau kecolongan lagi dan menanggung malu,di pimpin oleh Mayor Schuak dari infantri Batalyon ke 13 di bantu oleh kapten Koch dan Letnan Verspyck serta membawa “heuwitser”sejenis meriam berat dan mortir Belanda menyerang dengan kekuatan yang besar,namun Pangeran Antaludin dan Demang Lehman tidak gentar menyambut serangan Belanda tersebut malahan dengan sikap percaya diri dari para pejuang Antaludin berhasil menembak mati Kapten Koch dan Letnan Verspyck.Melihat komandannya tewas serdadu Belanda kebingungan karena tidak ada yang memimpin di medan perang,lagi-lagi Belanda mengalami kekalahan dan akhirnya dengan membawa jasad pemimpinnya mereka mundur kembali ke Benteng Amawang.Setelah serangannya gagal lagi Belanda merencanakan strategi jitu untuk menaklukkan Benteng Madang,tidak ketinggalan Pangeran Antaludin dan Demang Lehman juga menyiapkan siasat untuk menghindari serangan dari Belanda yang tentunya akan semakin dahsyat,dengan mendapatkan bantuan dari Kiai CakraWati pahlawan wanita yang selalu menunggang kuda dari Gunung Pamaton berencana untuk menyerang Belanda dan keluar dari benteng yang tentunya didak akan mungkin dapat dipertahankan secara terus menerus.

6.       Tanggal 22 September 1860 BergerakBelanda berencana menyerang kembali Benteng Madang dengan berkaca pada kegagalan-kegagalan sebelumnya,dengan kekuatan tempur yang lebih besar namun pada malam hari sekitar pukul 23.00 Pangeran Antaludin dan Demang Lehman beserta Kiai Cakrawati menyerang Belanda,karena serangan mendadak dan malam hari membuat komando Belanda kewalahan mengatasi gempuran pejuang Antaludin momen ini di manfaatkan oleh Demang Lehman dan yang lainnya untuk mengosongkan benteng.Keesokan harinya Belanda dengan rasa percaya diri menyerbu Benteng Madang dengan angkatan perang yang besar,tapi setelah sampai di benteng alangkah terkejutnya karena hanya menemukan benteng yang kosong dan tak berpenghuni,dengan perasaan kesal dan malu luar biasa Belanda akhirnya meninggalkan benteng dengan tangan kosong.

    Dan akhirnya Pangeran Antaludin dan Demang Lehman melanjutkan peperangan melawan colonial Belanda kedaerah yang lain di tempat yang lebih strategis. Sampai akhir hayatnya Pangeran Antaludin dan Demang Lehman dikenal tidak pernah menyerah kepada Belanda dengan semboyan kebanggaan masyarakat Banjar “HARAM MANYARAH WAJA SAMPAI KAPUTING”.Perang Banjar terjadi antara tahun 1859-1904 yang merupakan perang terlama di nusantara dalam memerangi kolonial Belanda.


( Mohon maaf jika saya ada salah dalam menceritakan sejarah ini, semoga bermanfaat )

Posting Komentar

0 Komentar